Jumat, 09 Desember 2011

VAKSIN

Vaksinasi adalah salah satu program pengendalian penyakit pada ternak, yang bertanggung jawab terhadap kerugian ekonomis yang tinggi apabila dalam pelaksanaannya ternyata menemui kegagalan. Akibat kegagalan vaksinasi adalah meningkatnya angka pesakitan (morbiditas) ternak yang tinggi, penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk penggunaan obat-obatan.

Kegagalan Vaksinasi

Disamping manajemen pemeliharaan yang baik, terdapat dua tindakan penting untuk memerangi penyakit ayam, yaitu pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan pada ayam dilakukan melalui program vaksinasi untuk penyakit-penyakit tertentu yang sering mewabah. Adanya vaksinasi ini diharapkan dapat menghasilkan kekuatan biologis dari dalam tubuh ayam untuk melawanpenyakit tersebut dengan cara merangsang timbulnya antibodi (imunitas).

Telah terbukti bahwa vaksinasi mampu menekan timbulnya penyakit patogen pada ayam. Contoh penyakit yang populer pada ayam adalah Newcastle Diseases (ND), Marek’s Diseases dan IBD (Infectious Bursal Diseases). Penyakit-penyakit ini telah menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada ayam. Seringkali program vaksinasi terhadap penyakit tersebut sudah dilakukan, namun alhasil angka mortalitas masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya kegagalan terbentuknya imunitas yang cukup untuk melawan virus penyebab penyakit. Ternyata, vaksinasi tidak dapat secara total menjamin ketahanan ayam terhadap serangan penyakit. Timbul pertanyaan, mengapa terjadi kegagalan vaksinasi?, mengapa vaksinasi tidak mampu memberikan pertahan penuh pada ayam?. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi adalah menyangkut life span vaksin, cara vaksinasi, antibodi maternal, kemampuan membentuk antibodi pada ternak, mikotoksin dan kontaminan lain, seperti limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida.

Vaksin. Pembatasan life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa menyebabkan vaksin tidak berguna apabila digunakan karena tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan. Apabila temperatur pada saat penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4 derajat celcius, maka vaksin akan kehilangan potensinya. Demikian pula vial dan bahan asal vial yang tidak memenuhi syarat. Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan bahan pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa bahan pengencer yang digunakan adalah yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer tidak boleh dicampur atau ditambahkan zat apapun.

Cara Vaksinasi. Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis, kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang. Route pemberian vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route pemberian vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberian vaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan , maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar